
Puisi ini kutulis untuk kamu, untuk kita yang sedang belajar bertahan di antara waktu yang terus berjalan dan jarak yang tak selalu mudah. Lewat kata-kata sederhana ini, aku ingin kau tahu bahwa di setiap rindu yang tak sempat terucap, ada doa dan harap yang tetap kujaga. Semoga saat kau membacanya, kau merasa ditemani dan diingatkan bahwa meski langkah kita belum selalu sejajar, hatiku tetap memilihmu, hari ini dan selama waktu masih memberi kita ruang untuk percaya.
Kau adalah pagi yang tak pernah benar-benar tiba, namun selalu kutunggu dalam sunyi yang setia. Aku adalah senja yang belajar merelakan terang, menyimpan warna jingga di balik dada yang diam. Waktu berjalan tanpa bertanya, menjahit rindu menjadi hari-hari panjang, mengajarkan sabar pada hati yang ingin segera pulang. Jarak berdiri di antara kita, bukan sebagai dinding, melainkan cermin tempat rindu saling memandang. Kadang kita lelah, pada detik yang tak kunjung berpihak, namun cinta, ia tumbuh pelan, tanpa suara, tanpa syarat. Jika kelak langkah kita bertemu, biarlah waktu tersenyum lega, sebab ia tahu: yang bertahan bukan sekadar menunggu, melainkan percaya. Dan jika semesta memilih jalan lain, aku ingin kau tahu satu hal: di antara kau, aku, waktu dan jarak, pernah ada cinta yang sungguh-sungguh hidup.
